CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 04 Desember 2010

Lajang dan Menikah: KEHILANGAN RASA AMAN (Part II)

Lajang dan Menikah: KEHILANGAN RASA AMAN

Aku percaya bahwa soal cinta dan nikah-menikah adalah urusan pribadi, bukan urusan orang lain di sekitarku; bukan pula urusan orangtuaku. Keputusan soal ini, harus kuambil sendiri, karena keputusan untuk menikah ini bersangkut-paut pada hidupku sendiri. Kalau kenapa-kenapa, siapa yang ngerasain? Aku sendiri kan? Aku yakin orang-orang yang tadinya memaksa-maksa menikah juga nggak peduli.

Dan aku juga percaya bahwa soal cinta dan nikah-menikah adalah perkara alamiah. Cinta itu muncul secara alamiah, kesiapan itu juga akan muncul secara alamiah (atau mungkin tidak muncul sama sekali, who knows? Ini berarti jatah orang yang tidak pernah siap menikah, ya memang tidak menikah). Jadi nggak bisa disuruh-suruh, dipaksa-paksa.

Istilahnya seperti sekolah. Ketika kamu siap dan layak naik kelas, ya naik kelaslah kamu. Kalau belum siap, dipaksa-paksa naik kelas, ya pasti keteteran, sukur-sukur kalau survived, kalau malah jadi berantakan?

Dan proses tersebut tidak selalu sama waktunya bagi setiap orang.

Sedangkan yang terjadi di masyarakat adalah, menikah itu sesuatu yang 'diharuskan' dan 'dipaksakan' untuk dilakukan oleh SEMUA orang SESEGERA mungkin,digeneralisir, seolah-olah waktu semua orang itu sama. Kamu akan jadi orang aneh kalau menolak untuk buru-buru menikah, dengan alasan mengikuti proses alamiah-mu sendiri.

Selama ini orangtua-ku tidak pernah mempermasalahkan hal ini, jadi aku merasa masih memiliki sarang tempat aku merasa 'normal' karena mengikuti waktu dan proses alamiah-ku sendiri.